Batam, Indonesia
It’s the awkward trip with my siblings, Diaz. Dan sekaligus
perjalanan yang super singkat untukku di pulau Batam. Hanya tiga hari. Itupun,
untuk hari pertama kami habiskan hanya untuk bermalas-malasan di apartemennya
setelah semalaman dia mengajakku ke Goodies_cafe dan restaurant milik temannya.
My sister, was making pose on the Barelang bridge |
Dias and me, bergaya sesuka hati dengan kamera yang terganjal di atas tas |
Dihari berikutnya, dia mengajakku jalan-jalan sekaligus
belanja ke Nagoya. Betapa pusingnya kepalaku melihat jumlah manusia yang
keluar-masuk mall. Yeah, sangat banyak!! Dan ternyata kebanyakan dari mereka
adalah warga negara tetangga. Singapore dan Malaysia.
Saya berjalan santai di tepian pantai Melayu, Batam
Aku bukanlah seseorang yang suka dengan keramaian seperti
itu, jadi aku ajak Diaz untuk pergi dan mencari tempat yang lebih nyaman dan
jauh dari keramaian. Diaz mengangkat sebelah alisnya mendengar permintaanku itu
dan berkata “Seriously?? This is Batam, idiot! There’s no place like you want
unless we go back home!” Dan aku hanya manggut-manggut kesal. Well, kesan
pertama di Batam sungguh menyebalkan.
Dias and traveler from Malaysia (maybe, because they talked like Malaysian)
Syukurlah keesokan harinya dia mengajakku jalan-jalan ke
tempat yang lebih berkualitas dan lebih nyaman dibandingkan dengan mall.
Jadilah kami mengunjungi icon yang paling terkenal dari pulau ini. Jembatan
Barelang.
Jembatan Barelang yang tersohor itu loh... |
Awalnya aku pikir jembatan Barelang itu hanya ada satu.
Tetapi ternyata ada beberapa. Seperti jembatan Barelang satu, jembatan Barelang
dua, tiga dan empat. Masing-masing jembatan ini berjarak cukup jauh dari
jembatan satu ke jembatan yang lainnya. Dan satu yang paling besar. Inilah jembatan
Barelang satu. Jembatan yang terlihat besar, kokoh, sombong namun indah dengan
air laut berwarna biru cemerlang di bawahnya. Bahkan melihat air itu, ingin
rasanya aku lompat ke dalam dan merasakan segarnya air itu. Ya, tapi aku juga
tak mau mati konyol karena aku lihat tak ada seorang manusiapun dibawah sana.
Jadi cukup memandangi badan jembatan, dan lautan dan pemandangan hijau
sekitarnya, itu sudah sangat menyenangkan daripada berada di mall berebutan
oksigen dengan orang-orang asing.
Kapal-kapal yang di tambat di tepi lautan Batam |
Lalu dari jembatang Barelang satu, kami menelusuri jembatan
Barelang berikutnya yang juga elok namun tak sebesar jembatan satu. Kemudian
melanjutkan perjalanan ke pantai Melayu. Walaupun panas matahari sangat
menyengat, aku tak perduli karena banyak pohon-pohon berdiri berbaris di
pinggiran pantai untuk menetralisir panas. Aku memotret Diaz beberapa kali
dengan kamera usangku, dan memintanya memotretku juga. Hahaha.
Beberapa pemandangan yang aku abadikan dengan kameraku (sekitar jembatan Barelang) |
Dan satu lagi, tak lengkap jika kamu pergi ke pantai ini
tanpa mencoba kuliner seafood yang berjajar di sepanjang jalan kenangan, eh,
sepanjang jalan pantai maksudku. Walaupun harganya sedikit lebih mahal, tapi
aku tidak kecewa karena rasanya memang luar biasa.
Sebenarnya masih ada beberapa tempat lagi yang ingin kulihat
di pulau Batam ini. Tapi berhubung karena waktu yang sangat terbatas, aku tak
bisa berbuat apa-apa. Jadi sisa waktu sebelum akhirnya back to work, kami
habiskan untuk berbelanja oleh-oleh. Ke mall lagi. Dan itu sungguh
menyebalkan!!!!
NB: Postingan ini sengaja aku post sekarang berhubung besok adalah hari ulang tahun Dias. Aku ingin besok dia membaca ini dan mengingat kembali kenangan kami berdua selama berada disana. So, if you reading this post right now, Dias, I just wanna say happy birth day to you. Whatever you do in your life, make sure it good for you. I love you so much!!!
Komentar
Posting Komentar